Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Pada hari kedua ini terdapat dua istilah yang perlu mendapat perhatian, yaitu fitrah dan seksualitas. Fitrah berasal dari bahasa arab dari kata fathoro yang berarti membuka atau menguak. Fitrah dalam bahasa Indonesia memiliki arti sifat asal, kesucian, bakat, pembawaan. Seksualitas dapat diartikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat tidak hanya dari jenis kelamin namun juga dari tingkah laku atau norma. Bila digabungkan, maka fitrah seksualitas menurut Ustadz Harry Santosa adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki atau perempuan sejati dimana dalam menumbuhkan fitrah ini sangat tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada ayah dan ibu. Saat menyebut fitrah sebagai seorang laki-laki atau perempuan, tanpa disadari sebenarnya kita mengajarkan anak-anak fitrah keimanan, yaitu bahwa kita dan mereka adalah makhluk ciptaan Allah swt yang diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan, dan Allah swt adalah pencipta kita manusia.
Mengenalkan fitrah seksualitas sejak dini penting dilakukan supaya:
- Anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki seksualitas yang sehat dan benar
- Anak memiliki sumber info pendidikan seksualitas yang jelas dan terpercaya
- Anak memahami dan menghargai tubuhnya dan tubuh orang lain dengan benar
- Anak memiliki pemahaman peran dan kewajiban setelah dewasa
Anak yang mendapatkan pendidikan fitrah seksualitas yang salah, berpotensi mengalami hal-hal berikut:
- Terpapar kejahatan seksual
- Terpapar propaganda LGBT dan SSA
- Peterpan Syndrome
- Cinderella Complex
- Bergaul dengan lawan jenis tanpa aturan
- Tidak memahami perannya sesuai gender
- Memiliki minat yang tidak sesuai fitrahnya
Pakar parenting islami meyakini pendidikan fitrah seksualitas ini dimulai sejak bayi, sejak bayi dilahirkan. Islam pun sudah mengajarkan perilaku yang mendukung pendidikan fitrah seksualitas yaitu dengan membedakan penyelenggaraan aqiqah pada bayi laki-laki dan bayi perempuan. Hal mendasar yang menjadi pembeda pertama bagi laki-laki dan perempuan setelah dilahirkan.
Bagaimana mengenalkan fitrah sejak dini? Pada dasarnya tabel ini dapat menjadi arahan dasar:
Usia 0-2 tahun | Usia 3-6 tahun |
Memberikan ASI eksklusif | Menutup aurat dalam setiap keadaan |
Mengenalkan aurat | Buang air dan menjaga kebersihan alat kelamin |
Mengenalkan alat vital | Mengenalkan rasa malu |
Bermain sesuai gender | Mengenalkan kebutuhan akan privacy |
Penekanan sentuhan yang baik dan buruk | |
Permainan dan tayangan sesuai gender |
Pertanyaan menarik adalah apakah sebagai orang tua kita perlu menyebutkan alat kelamin dengan nama ilmiahnya sejak dini, atau dengan alasan tertentu bolehkan orang tua memilih menggunakan istilah lain? Sebagian pakar meyakini sebaiknya anak-anak dikenalkan tentang alat kelamin laki-laki maupun perempuan dengan menggunakan kata yang benar sejak awal. Namun saya memilih pendapat yang menyarankan penggunaan kata aurat, dan pada usia yang lebih besar, baru menggunakan nama ilmiahnya. Disini saya merasa eratnya hubungan antara fitrah keimanan dan fitrah seksualitas. Eratnya kaitan fitrah keimanan dan fitrah seksualitas akan juga terlihat pada saat kita membahas tentang pentingnya mencapai akil baligh secara bersamaan. Wallaahu a’laam bisysyawab, in syaa’ allah bermanfaat.
Slough-United Kingdom, 12 Agustus 2019
#Level11BundaSayang
#Tantangan10Hari
#FitrahSeksualitas
#Day2
Referensi:
- Materi presentasi kelompok D kelas Bunda Sayang Regular Batch 4 Gabungan 3, Agustus 2019.